Persoalan tak hanya berhenti di situ. Menurut Yunarto, koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS juga sulit menentukan nama capres dan cawapres.
Yunarto memprediksi, jika benar Demokrat-Nasdem-PKS berkoalisi, besar kemungkinan mengusung Anies Baswedan sebagai capres
Sementara, kursi cawapres akan menjadi perdebatan alot. Namun, diperkirakan, koalisi ini pada akhirnya akan mengusung calon RI-2 dari luar partai, sebagaimana Anies Baswedan tak terafiliasi dengan parpol mana pun.
Sebab, jika AHY yang dimajukan, maka hanya Demokrat yang mendulang keuntungan. Sementara, Nasdem dan PKS tak mendapat banyak.
Pada akhirnya akan masuk ke pertanyaan apakah Demokrat mau mengalah untuk menempatkan AHY pada posisi hanya menteri misalnya,” kata Yunarto.
Hal yang sama juga disampaikan oleh analis politik Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.
Pangi menilai, Nasdem tak kunjung mengumumkan koalisinya dengan Demokrat dan PKS karena Nasdem masih menjadi bagian dari pemerintahan. Sementara, Demokrat dan PKS merupakan partai oposisi.
Ini mungkin dilema kebatinan yang dialami Nasdem,” kata Pangi kepada Bayangkara.co, Jumat (23/9/2022).
Secara etika politik, kata Pangi, Nasdem harus menarik mundur tiga menterinya di Kabinet Indonesia Maju jika hendak berkoalisi dengan Demokrat dan PKS.
Padahal, langkah itu bisa berpengaruh pada eksistensi Nasdem pada pemilu mendatang.
Menurut Pangi, Nasdem juga masih berupaya menjaga hubungan baik mereka dengan pemerintahan Jokowi. Oleh karenanya, rencana koalisi dengan Demokrat dan PKS tak kunjung diputuskan.
Nasdem masih menjaga fatsun politiknya, masih di gerbong koalisi pemerintah,” ucapnya
Namun demikian, Pangi menilai, Nasdem tetap berpeluang besar berkoalisi dengan Demokrat dan PKS. Ini karena keinginan besar mereka untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Jika bergabung dengan koalisi PDI Perjuangan atau Gerindra, maka, mustahil bagi Nasdem mengusung pencalonan Anies.
Sebabnya, PDI-P dipastikan akan mengusung kadernya sendiri antara Puan Maharani atau Ganjar Pranowo, pun Gerindra bakal mencalonkan Prabowo Subianto.
Oleh karenanya, menurut Pangi, yang paling masuk akal bagi Nasdem adalah berkoalisi dengan Demokrat dan PKS.
Sebaliknya, Demokrat hanya nyaman berkoalisi dengan Nasdem karena sejarah kerenggangan SBY dengan Megawati Soekarnoputri, demikian pula dengan PKS yang berambisi mendukung pencalonan Anies.
Kendati sulit, Pangi memprediksi, Nasdem dinilai akan tetap berkoalisi dengan Demokrat dan PKS dengan menentukan nama capres dan cawapres pada detik-detik terakhir.
Nasdem masih terkesan di injury time atau last minute. Mungkin karena alasan yang di atas tadi, bagaimana menjaga hubungan Nasdem dengan partai koalisi pemerintah lainnya,” kata dia(V20)