Siti Sopiah, dengan penuh tekad dan mandiri, memilih hidup seperti ini bersama suaminya. Mereka memilih tinggal di lahan yang dulunya milik orangtua Sukiman, yang kini dijadikan sebagai rumah bagi domba-domba mereka. Meskipun harus merasakan bau tak sedap dari kotoran domba dan was-was akan ancaman tanah longsor saat hujan deras, bagi mereka yang terpenting adalah memiliki tempat berteduh dan berlindung serta tempat untuk beristirahat.
Dalam kamar tidur yang sempit, mereka tidur berdesakan di atas sebuah papan seluas 2×2 meter, yang berdekatan dengan dapur improvisasi tempat mereka memasak menggunakan kayu bakar. Di seberang tempat tidur mereka, terdapat kandang domba tanpa pembatas, yang kadang membuat mereka merasa terganggu oleh bau dan suara dari hewan-hewan ternak mereka. Namun, meskipun dalam kondisi yang sangat sederhana, kebersamaan dan semangat untuk bertahan tetap menjadi pendorong bagi keluarga ini.
Kisah kehidupan yang sungguh mengharukan ini menyoroti ketahanan dan keberanian sebuah keluarga dalam menghadapi keterbatasan dan cobaan hidup.