Dia menjelaskan beberapa kemungkinan yang bisa menjadi latar belakang penembakan tersebut. Pertama, mungkin ada keterlibatan lawan politik, termasuk presiden incumbents dan elemen-elemen politik lain yang tidak mendukung Trump. Kedua, ada kemungkinan tindakan ini dilakukan oleh individu yang tidak setuju dengan kebijakan Trump selama menjabat sebagai presiden, mengingat kebijakan kepemilikan senjata yang cukup bebas di AS.
“Selain itu, bisa juga berasal dari kaki tangan negara lain yang khawatir jika Trump terpilih kembali, akan mengganggu kekuasaan dan hegemoni mereka,” terangnya. Dia juga menyebutkan kemungkinan bahwa tindakan ini merupakan strategi dari pihak Trump sendiri untuk membangun citra sebagai korban.
Susaningtyas mengingatkan pentingnya proses pengumpulan informasi yang menyeluruh dalam investigasi intelijen, yang tidak hanya bergantung pada data resmi, tetapi juga mencakup analisis hubungan pribadi dan potensi musuh pribadi.
